Kamis, 26 Februari 2015

Sandiwara Maya Jauh Lebih Baik

Saat kehidupan rumah tangga bercampur aduk dengan status penuh sandiwara, manisnya kata "Suka" dan gemerlapnya komentar bertabur perhatian kawan maya. Apakah itu jauh lebih berarti bagimu? Mengatakan bahwa pernikahan kami sedang tidak baik - baik saja, terkadang penuh mesra, apa aku perlu merasa iba atau bahagia?

Hanya mengingatkan saja teman, Facebook, Twitter, BBM punya usia jauh lebih lama dari usia pernikahanmu, bahkan seluruh kehidupan duniamu. Jadi rahasia biarlah menjadi rahasia, perbaiki hubungan nyatamu dan semoga kalian menjadi keluarga yang Samawah tentunya di dunia nyata.

Senin, 23 Februari 2015

Robot Welder for QCC



Aku sendiri kurang paham apa itu QCC Day. Yang jelas bapak Agus Riatno selaku Foreman di Welding 4 menyuruhku untuk membuat alat peraga Robot Welder. Jangan lihat pria dengan jempol itu, dan jangan tertawakan hasil karyaku, karena kalian pasti berpikir anak TK pun bisa membuatnya. Aku juga :D.

Robot terbuat dari bahan - bahan bekas, seperti kardus sebagai tubuhnya, botol minuman bekas untuk kepala dan untuk mata weldernya aku gunakan marker bekas. Gambar diatas baru 50 persenya, masih banyak pekerjaan yang menanti.

Walaupun payah, tapi setidaknya aku sudah tunjukkan karyaku. Terima kasih Agus Riatno (Welding 4 Foreman) dan Austin Kleon (book writer of "Show Your Work and Steal Like an Artist" ) juga para teman yang telah membantu, Superi, Iqbal, Kongko, dan Adi.


Jumat, 20 Februari 2015

Proyek Ilmuwan Dinosaurus

Dulu waktu aku masih seorang pria kecil yang manis dan penurut, aku pernah berkhayal suatu saat bisa menjadi kolektor fosil para kadal raksasa. Entah darimana asal muasal khayalan itu. Apa karena ayah sering mengajakku menonton Animal Documentary, atau karena khayalanku yang terlalu liar?

Mungkin keren ya, melihat kerangka T-rex menyambutmu di belakang pintu sepulang sekolah, seekor buaya purba yang selalu mengawasimu saat kau mandi, atau seekor pterodactyl kecil yang terbang tepat di atas ranjang tidurmu. Imajinasiku sewaktu kecil memang terlalu ekstrem.



Minggu, 18 Januari 2015

Bunga

Namanya Bunga. Kau bisa mengagumi keindahan warna, mencium semerbak wanginya apabila ujung hidungmu mengendus kurang dari tiga dari tepi kelopak merah jambu. Namun jangan sekali - kali coba petik. Memang ia sendiri, tak bertuan, ia juga muda seperti puteri raja. Kecantikan itu terpancar segaris dan sejajar dengan Flora sang ibu ratu. Kumbang - kumbang nakal sepertimu harus menunggu. Beberapa periodik saja, hingga Bunga pun benar - benar mekar. Ia masih terlalu muda bahkan terlalu muda untuk para pujangga, para pelukis serta pemburu berlensa.

Tak ada istilah musim gugur ataupun semi di negeri ini, juga panas maupun dingin hanya kemarau dan penghujan. Kemaraulah yang menumbuhkan Bunga, masa - masa yang sulit, bukan? Ia akan sedikit beruntung jika tumbuh di akhir musim itu. to be continued

Senin, 08 Desember 2014

Maaf

Hari ini aku telah temukan arti maaf, maaf utuk sebuah kesalahan, untuk keegoisan, untuk persahabatan dan kerendahan hati. Bukan sekedar maaf karena kau telah memukul seseorang sampai pingsan, telat masuk kerja ataupun maaf karena salah sapa. Pelajaran yang membuatku sadar bahwa suatu sikap dapat membuatku besar atau malah jadi sebuah boomerang yang siap melukaiku layaknya senjata makan tuan.

Saat itu aku telah menyakiti hati seseorang yang tak pantas tersakiti, mungkin kebanyakan orang di sekitarku sangat membencinya, dia terlalu egois, keras kepala dan jika ada izin untuk memukul wajahnya sekali dan itu adalah permintaannya mungkin ada beberapa orang yang dengan senang hati akan lakukan. Tapi bukankah hal itu malah jauh lebih egois dan keras kepala?

Kemudian setiap detik aku membayangkan hal itu, teringat semua kata - kata dari seseorang yang tersakiti padaku dengan jelas. Awalnya aku tidak terima atas ungkapannya, begitupun dengannya tentang ungkapanku sebelumnya. Bisikan - bisikan entah darimana mengacaukanku, "Bagaimana kau bisa berpikir lebih dewasa darinya sedangkan kau tau sikapmu yang jelas - jelas tidak dewasa?", "Apakah kau menganggap dirimu adalah calon pemimpin yang bijak dan berwibawa, namun mengapa kau tidak coba akui kesalahanmu dan minta maaf padanya seperti pria dewasa,?", "Bukankah mengakui kesalahan dan berani meminta maaf adalah syarat menjadi pemimpin hebat?" terus dan terus mendengung di telinga.

Berhenti menjadi keras kepala win! Aku mencoba membunuh diriku sendiri, dan memang benar akulah yang terlalu keras kepala, menganggap diriku adalah The Right Man Ever, betapa bodohnya hal itu?. Dan akhirnya dengan tangan yang kupersiapkan untuk menjabat tangannya serta mulut yang mewakili apa yang ada dalam hati aku ungkapkan permintaan maafku padanya dengan tulus, setulus - tulusnya.

Walaupun aku sangat tidak berharap ada jawaban "Mangkannya jadi orang jangan ngeyel" tapi aku pikir dia memang memaafkanku setelah tahu sikapnya kembali biru.

Maaf adalah hal terindah yang telah kutemui setelah "Terima Kasih". :D :D :D